Kamis, 16 Mei 2013

Laju metabolisme & Pengukuran laju metabolisme tubuh

Metabolisme Basal
Metabolisme basal atau sering disebut Energi Pengeluaran Basal (Basal Energy Expenditure [BEE]) adalah kebutuhan energi untuk mempertahankan kehidupan atau energi yang mendukung proses dasar kehidupan, contohnya : mempertahankan temperature tubuh, kerja paru-paru, pembuatan sel darah merah, detak jantung, filtrasi ginjal, dan lain sebagainya. Untuk menentukan nilai dari BEE ini harus dalam kondisi basal. Kondisi basal tersebut meliputi : 12-16 jam setelah makan, posisi berbaring, tidak ada aktivitas fisik satu jam sebelum pemeriksaan, kondisi rileks, temperature tubuh normal, temperature ruangan harus 21-250C, dan dalam kondisi yang kelembapannya normal.
Dalam menentukan nilai Basal Energy Expenditure (BEE) ini, Harris dan Benedict menemukan sebuah metoda dengan cara perhitungan :

Laki-laki
66
+
(13,7 x BB kg)
+
(5 x TB cm)
-
(6,8 x umur)
Perempuan
665
+
(9,6 x BB kg)
+
(1,7 x TB cm)
-
(4,7 x umur)

Dengan BB adalah nilai dari berat badan normal. Dapat dihitung dengan cara :

Jika umurnya kurang dari 30 tahun (<30)
BB =
(TB-100)-(10%(TB-100))
Jika umurnya lebih dari 30 tahun (>30)
BB =
(TB-100) → 100%
Over weight → 110-120 %
Obesitas       → > 120 %

Dan apabila ingin mengkoreksi berat badan (digunakan untuk pasien obesitas), dapat dihitung dengan jalan :

Adjusted Body Weight = BB saat ini – (25% (BB saat ini – BB normal)

Basal Energy Expenditure (BEE) juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor-faktor tersebut diantaranya :
1.      Umur
Pada umur dia atas 20 tahun, maka BEE akan menurun 2% setiap 10 tahunnya.
2.      Gender
BEE pada laki-laki > wanita  (pada umur > 10 tahun)
3.      Pertumbuhan
BEE paling tinggi pada saat masa pertumbuhan (masa bayi dan remaja)
4.      Tinggi badan
Orang yang lebih tinggi memiliki BEE yang lebih tinggi pula
5.      Masa otot
BEE akan lebih tinggi pada masa otot yang lebih banyak
6.      Temperatur
Setiap peningkatan temperature sebesar 10C (di atas temperature normal, 370C) BEE akan meningkat 13%.
7.      Tidur
BEE akan berkurang 10%
8.      Endokrin
  • Hipertiroid : BEE meningkat 75 – 100 %
  • Hipotiroid : BEE menurun 30 – 40 %
  • Sebelum menstruasi BEE agak meningkat dan selama menstruasi BEE menurun.
9.      Status nutrisi
BEE menurun pada Protein Energy Malnutrition (PEM)
10.  Kehamilan
BEE meningkat 15 – 25 %

2.      Aktivitas Fisik
Komponen kedua dari pengeluaran energi seseorang adalah aktivitas fisik (physical activity [PA]): pergerakan dari otot dan system penunjang. Aktivitas fisik ini merupakan komponen yang sangat bervariasi – dan sering berubah-ubah – dari pengeluaran energi. Akibatnya, pengaruh pada penambahan dan pengurangan berat badan sangat signifikan.
Selama aktivitas fisik berlangsung, otot membutuhkan energi ekstra untuk bergerak, dan jantung serta paru-paru membutuhkan energi ekstra untuk menerima nutrisi dan aksigen (O2) dan pembentukan zat sisa. Jumlah energi yang dibutuhkan untuk beberapa aktivitas, apakah bermain tenis atau belajar tergantung pada tiga factor : masa otot, berat badan, dan aktivitasnya. Masa otot dan berat badan yang lebih besar membutuhkan energi yang lebih besar pula saat melakukan aktivitas. Durasi , frekuensi, dan intensitas aktivitas juga mempengaruhi pengeluaran energi : durasi yang lebih panjang, frekuensi dan intensitas yang lebih tinggi akan membutukan penggeluaran energi yang besar pula.
Secara umum energi aktivitas fisik ini dapat dikategorikan sebagai berikut :

Macam Aktivitas Fisik
Perhitungan
Contoh
Sangat ringan
10-30?E
Aktivitas pada kondisi duduk, bedrest
Ringan
30-50?E
Mengajar, ibu rumah tangga, dosen, praktisi
Sedang
50-80?E
Petani, siswa (melakukan olahraga), pekerja kantor
Berat
80-100?E
Atlet selama training center, buruh, pekerja pabrik, tentara selama latihan.
Sangat berat
>100?E
Penebang pohon, penambang, tukang becak, pendorong kereta roda dua.

3.      Efek Panas Makanan (Thermic Effect of Food)
Ketika seseorang makan, otot kawasan gastrointestinal (GI tract) meningkatkan kecepatan kontarksinya, cel yang membuat dan mengsekresikan asam lambung memulai tugasnya, dan beberapa nutrient diabsopsi dengan transport aktif. Kecepatan dari aktivitas ini memerlukan energi dan produksi panas, yang disebut dengan Efek panas makanan atau thermic effect of food (TEF) dan sering disebut juga Specific Dynamic Activity (SDA). Pendek kata, TEF atau SDA ini adalah jumlah energi yang digunakan untuk pencernaan, penyerapan dan pemanfaatan konsumsi makanan. Nilai TEF dari beberapa nutrient adalah :
Karbohidrat
5-10% dari BEE
Protein
20-30% dari BEE
Lemak
0-5% dari BEE
Alkohol
15-20% dari BEE

Persentase tersebut dihitung dengan membagi energi pengeluaran selama pencernaan dan absorpsi dengan isi energi dalam makanan.
Secara khusus nilai rata-rata Thermic Effect of Food di Indonesia dapat dihitung dengan cara 10% BEE + PA (Physical Activity).

Dari beberapa komponen energi pengeluaran yang disebutkan sebelumnya, maka didapatkan metoda untuk menentukan total energi pengeluaran (total energy expenditure) dengan cara :
TEE  =  BEE  +  PA  +  TEF
Namun pada kondisi hipermetabolisme, energi pengeluaran juga dipengaruhi oleh factor tekanan (stress factor), sehingga cara untuk memperoleh total energi pengeluaran menjadi :
TEE = BEE x SF (Stress Factor) x PA
Dengan nilai untuk stress factor sebagai berikut :

Postoperative (tanpa komplikasi)
1.00 – 1.10
Patah tulang (panjang)
1.15 – 1.30
Kangker
1.10 – 1.30
Peritonitis/sepsis
1.10 – 1.30
Infeksi serius/multi trauma
1.20 – 1.40
Multiple organ failure syndrome
1.20 – 1.40
Terbakar
1.20 – 2.00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar