Metabolisme Basal
Metabolisme
basal atau sering disebut Energi Pengeluaran Basal (Basal Energy Expenditure
[BEE]) adalah kebutuhan energi untuk mempertahankan kehidupan atau
energi yang mendukung proses dasar kehidupan, contohnya : mempertahankan
temperature tubuh, kerja paru-paru, pembuatan sel darah merah, detak jantung,
filtrasi ginjal, dan lain sebagainya. Untuk menentukan nilai dari BEE ini harus
dalam kondisi basal. Kondisi basal tersebut meliputi : 12-16 jam setelah makan,
posisi berbaring, tidak ada aktivitas fisik satu jam sebelum pemeriksaan,
kondisi rileks, temperature tubuh normal, temperature ruangan harus 21-250C,
dan dalam kondisi yang kelembapannya normal.
Dalam
menentukan nilai Basal Energy Expenditure (BEE) ini, Harris dan Benedict
menemukan sebuah metoda dengan cara perhitungan :
Laki-laki
|
66
|
+
|
(13,7 x BB kg)
|
+
|
(5 x TB cm)
|
-
|
(6,8 x umur)
|
Perempuan
|
665
|
+
|
(9,6 x BB kg)
|
+
|
(1,7 x TB cm)
|
-
|
(4,7 x umur)
|
Dengan BB
adalah nilai dari berat badan normal. Dapat dihitung dengan cara :
Jika umurnya kurang dari 30 tahun (<30)
|
|
BB =
|
(TB-100)-(10%(TB-100))
|
Jika umurnya lebih dari 30 tahun (>30)
|
|
BB =
|
(TB-100) → 100%
Over weight → 110-120 %
Obesitas → >
120 %
|
Dan apabila
ingin mengkoreksi berat badan (digunakan untuk pasien obesitas), dapat dihitung
dengan jalan :
Adjusted Body Weight = BB saat ini – (25% (BB saat ini – BB normal)
Basal Energy Expenditure (BEE) juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor-faktor
tersebut diantaranya :
1. Umur
|
Pada umur dia atas 20 tahun, maka BEE akan menurun
2% setiap 10 tahunnya.
|
2. Gender
|
BEE pada laki-laki > wanita (pada umur >
10 tahun)
|
3. Pertumbuhan
|
BEE paling tinggi pada saat masa pertumbuhan (masa
bayi dan remaja)
|
4. Tinggi badan
|
Orang yang lebih tinggi memiliki BEE yang lebih
tinggi pula
|
5. Masa otot
|
BEE akan lebih tinggi pada masa otot yang lebih
banyak
|
6. Temperatur
|
Setiap peningkatan temperature sebesar 10C
(di atas temperature normal, 370C) BEE akan meningkat 13%.
|
7. Tidur
|
BEE akan berkurang 10%
|
8. Endokrin
|
|
9. Status nutrisi
|
BEE menurun pada Protein Energy Malnutrition (PEM)
|
10. Kehamilan
|
BEE meningkat 15 – 25 %
|
2. Aktivitas Fisik
Komponen
kedua dari pengeluaran energi seseorang adalah aktivitas fisik (physical
activity [PA]): pergerakan dari otot dan system penunjang. Aktivitas
fisik ini merupakan komponen yang sangat bervariasi – dan sering berubah-ubah –
dari pengeluaran energi. Akibatnya, pengaruh pada penambahan dan pengurangan
berat badan sangat signifikan.
Selama
aktivitas fisik berlangsung, otot membutuhkan energi ekstra untuk bergerak, dan
jantung serta paru-paru membutuhkan energi ekstra untuk menerima nutrisi dan
aksigen (O2) dan pembentukan zat sisa. Jumlah energi yang dibutuhkan
untuk beberapa aktivitas, apakah bermain tenis atau belajar tergantung pada
tiga factor : masa otot, berat badan, dan aktivitasnya. Masa otot dan berat
badan yang lebih besar membutuhkan energi yang lebih besar pula saat melakukan
aktivitas. Durasi , frekuensi, dan intensitas aktivitas juga mempengaruhi pengeluaran
energi : durasi yang lebih panjang, frekuensi dan intensitas yang lebih tinggi
akan membutukan penggeluaran energi yang besar pula.
Secara umum
energi aktivitas fisik ini dapat dikategorikan sebagai berikut :
Macam Aktivitas Fisik
|
Perhitungan
|
Contoh
|
Sangat ringan
|
10-30?E
|
Aktivitas pada kondisi duduk, bedrest
|
Ringan
|
30-50?E
|
Mengajar, ibu rumah tangga, dosen, praktisi
|
Sedang
|
50-80?E
|
Petani, siswa (melakukan olahraga), pekerja kantor
|
Berat
|
80-100?E
|
Atlet selama training center, buruh, pekerja pabrik,
tentara selama latihan.
|
Sangat berat
|
>100?E
|
Penebang pohon, penambang, tukang becak, pendorong
kereta roda dua.
|
3. Efek Panas Makanan (Thermic Effect
of Food)
Ketika
seseorang makan, otot kawasan gastrointestinal (GI tract) meningkatkan kecepatan
kontarksinya, cel yang membuat dan mengsekresikan asam lambung memulai
tugasnya, dan beberapa nutrient diabsopsi dengan transport aktif. Kecepatan
dari aktivitas ini memerlukan energi dan produksi panas, yang disebut dengan
Efek panas makanan atau thermic effect of food (TEF) dan sering disebut
juga Specific Dynamic Activity (SDA). Pendek kata, TEF atau SDA ini
adalah jumlah energi yang digunakan untuk pencernaan, penyerapan dan
pemanfaatan konsumsi makanan. Nilai TEF dari beberapa nutrient adalah :
Karbohidrat
|
5-10% dari BEE
|
Protein
|
20-30% dari BEE
|
Lemak
|
0-5% dari BEE
|
Alkohol
|
15-20% dari BEE
|
Persentase
tersebut dihitung dengan membagi energi pengeluaran selama pencernaan dan
absorpsi dengan isi energi dalam makanan.
Secara
khusus nilai rata-rata Thermic Effect of Food di Indonesia dapat
dihitung dengan cara 10% BEE + PA (Physical Activity).
Dari
beberapa komponen energi pengeluaran yang disebutkan sebelumnya, maka
didapatkan metoda untuk menentukan total energi pengeluaran (total energy expenditure)
dengan cara :
TEE = BEE + PA + TEF
Namun pada
kondisi hipermetabolisme, energi pengeluaran juga dipengaruhi oleh factor
tekanan (stress factor), sehingga cara untuk memperoleh total energi
pengeluaran menjadi :
TEE = BEE x SF (Stress Factor) x PA
Dengan nilai
untuk stress factor sebagai berikut :
Postoperative (tanpa komplikasi)
|
1.00 – 1.10
|
Patah tulang (panjang)
|
1.15 – 1.30
|
Kangker
|
1.10 – 1.30
|
Peritonitis/sepsis
|
1.10 – 1.30
|
Infeksi serius/multi trauma
|
1.20 – 1.40
|
Multiple organ failure syndrome
|
1.20 – 1.40
|
Terbakar
|
1.20 – 2.00
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar